Senin, 01 Oktober 2012

pupus

Hari itu aku keterima di SMA favorit pilihanku. Seneng saat itu ku rasakan, aku jadi tak sabar ingin rasanya aku ingin menginjakan kakiku di kelas yang baru dengan suasana baru.


Senin 08 Juli 2011, hari pertama aku masuk sebagai siswa berseragam putih abu-abu. Aku kira dikelas yang baru ini aku akan mendapatkan sesuatu yang baru, tapi ternyata sama saja, menurutku lebih enak jadi siswa smp kalau begini jadinya. Huh, hari-hariku jadi bosan dan bosan. Tapi dengan hal tersebut aku jadi berpikir bahwa aku harus menjadi seseorang yang menyenangkan agar bisa bergaul dengan teman-teman baruku disini. Alhasil aku pun berhasil, aku sekarang udah punya banyak teman , gak seperti dulu yang membuatku merasa bosan dengan masa SMA.
Hari berganti hari aku semakin akrab dengn teman-teman semua. Kecuali satu orang cowok namanya Tian. Mungkin di kontakku hanya nama Tian yang tidak tercantum. Huh, lagian jadi cowok kok aneh banget, kalau dibilang pendiem sih enggak, tapi aneh aja gitu. Senangnya menyendiri.
###

“aduh, ulangan sosiologi bab berapa aja sih ya?’’ kataku sambil membolak balik buku
“oh ya, kok aku gak kepikiran sms si Ade sih” lalu aku mengambil hp ku dan mengetik beberapa kata buat si ade. Tak lama kemudian ringtone hp ku berbunyi dan tandanya ada sms masuk
”tanya Tian aja, dia yang tahu, kan dia yang disuruh nyebarin, ni tak kasih nomernya 08976718###”
Yah terpaksa aku harus tanya dia, hitung-hitung juga buat nyimpen nomer dia dihapeku. Ternyata dia anaknya asyik juga yah, sampai sampai kita smsn berlarur-larut. Padahal besok ulangan sosiologi tapi malah smsn gak jelas sama Tian. Hahaha
Keesokan harinya , waktu ulangan kita berdua saling mencontek. Soalnya kita berdua sama-sama gak belajar. Hahaha. Sejak saat itu Tian yang awalnya aku kira cowok aneh sekarang semakin akrab denganku. Dia itu caper banget sama aku seolah-olah ingin mencuri perhatianku. Setiap aku ingin jalan selalu dia menghalangi dengan tingkah-tingkah konyolnya. Gak penting banget pokoknya.
Aku merasa berbada dengan kelakuannya. Kelakuannya itu kadang membuat aku sebel tapi kelakuannya itu juga ngangenin. Lama-kelamaan timbul rasa yang berbeda ketika aku menatap matanya. Aku juga merasa berbada ketika dia menatap mataku. Apa mungkin aku menyimpan sasuatu sama dia?
###

“ciye, ihir jadian ya sama Tian, makan-makannya mana?” goda Ade kepadaku
“jadian? Ngaco kamu deh”
“alah via, kamu jangan bohong deh, sekelas juga udah pada dengaer gosip itu. Asyik ni ye tiap hari ketemu terus”
What? Gosip? Gawat ni ternyata kedekatan aku ama Tian muncul gossip seperti itu. Tapi no problem aku malah seneng digosipin pacaran sama Tian tapi kalau Tian entahlah.
###

Aku semakin yakin, bahwa rasa ini bukan rasa biasa. Aku selalu menanggap kalau Tian juga suka sama aku. Mungkin benar, bahwa aku benar-benar suka sama si Tian. Tian dan Tian yang ada di pikiranku.
“Ar, ari kayaknya Tian suka deh sama aku” aku curhat pada Ari
“emang kamu yakin, belum tentu lho, dia kan playboy” jawab Ari
“beneran kok, buktinya dia caper banget sama aku. Eh Ar, jujur aku suka Tian walaupun Tian gak tahu bagaimana perasaanku padanya, tapi aku selalu berpikir kalau aku bisa bersamanya”
“ aduh, ciye semangat banget kamu vi, iyadeh aku dukung kamu”
###

Hampir 1 tahun aku sekelas sama dia, dan sampai sekarang dia gak tahu perasaanku yang sebenarnya ke dia. Bentar lagi kenaikan kelas, otomatis kita berdua akan pisah kelas. Jadi aku berharap kelakuan Tian yang nggemesin itu gak berubah.
Ternyata benar kita berdua pisah kelas, dia di 11a dan aku di 11b. Tapi gakpapa selagi masih berdekatan. Aku kan bisa modus ngeliat dia setiap saat, hehe. Dia sekelas sama Ari, yah kalau boleh tukeran kelas sih, aku mau tukeran sama Ari.
Makin lama kelakuan capernya makin bnzertambah ke aku, aku tentunya seneng dong. Kita berdua itu deket banget. Dia sering nyamperin aku ke kelas, Ngirim sms ke aku, wall to wall di facebook, sampai hal konyol di sekolahan. Pernah saat itu aku di isengin di kelas, dia sengaja mendorongku ke tempat sampah sampai hamper terjatuh, tapi tanganku dipegangin dia. Oh so sweet banget. Walaupun rasa ini masih terpendam. Gak masalah deh, walaupun rasa ini masih terpendam dan mungkin dia gak akan pernah tau selamanya, tapi aku masih sengeng setiap ngeliat dia tersenyum.
###

“Tian diluar gak ya, biasanya dia sama Kevin dan bagus diluar, coba ah modus aja”

Ketika aku keluar kelas, ternyata benar dia diluar kelas. Tapi yang aku lihat dia lagi bareng Ari, keliatan akrab banget. Entah kenapa saat itu aku cemburu banget, ketika aku akan menjauhi mereka terdengar suara memanggilku.
“Via, bentar. Kata Ari kamu suka sama aku. Kata dia kamu sering cerita aku ke dia. Katanya kamu suka sama aku?” pertanyaan yang seolah-olah sangat menusuk di dadaku
Waktu itu aku tak bisa berkata apa-apa, aku serasa benci dan benci banget sama Ari. Mengapa dia tega menceritakan semuanya pada Tian. Ku kira dia sahabat, tapi sekarang dia berkhianat. Hah, ingin ku refresh otak ini, dan lupakan semua tentang Tiaaaaann. Tapi sayangnya itu sia-sia.

Sakit sakit dan sangat sakit, mengapa Tian harus tahu dengan cara seperti ini. Akhirnya aku akan putuskan untuk mencoba melupakan Tian.
“TIAAAN, AKU GAK PERNAH SUKA SAMA KAMU, ARI BOHONG, AKU GAK PERNAH SUKAA” aku mencoba bilang sama Tian, walaupun sebenarnya kata-kata itu beda jauh sama perasaanku. Aku terpaksa bohong sama dia, dan itu sangat sakit kurasakan.
###

Sejak saat itu aku mencoba melupakan Tian, aku cuek banget sama dia. Sampai akhirnya Tian punya pacar baru, dan aku mencoba sabar. Mencoba menerima walau hati ini menangis. Mungkin kenangan dulu hanya akan menjadi debu yang terbang ditiup angin. Tapi entah mengapa saya sering memimpikannya.

Aku mencoba tersenyum dihati yang luka ini. Lebih parah lagi, Ari sahabatku sekarang ingin membuat aku cemburu. Setiap aku buka beranda atau timeline, selalu dia dan Tian wall to wall dan saling mention bareng, apalagi mereka berdua seperti pacar yang sedang dimabuk cinta. Tentunya hal itu membuat aku cemburu. Aku tahu si Ari hanya pura-pura. Belum lagi Ari mengupload fotonya bersama Tian di facebook sebagai foto profilnya, begitupun dengan Tian. sampai saat ini Tian belum tahu perasaanku, dan mungkin akan tersimpan selamanya. Aku menyesal dulu telah bilang bohong ke Tian. Sekarang sudah Pupus harapanku. Cintaku ini hanya bertepuk sebelah tangan.
Tian aku sayang kamu, aku kangen kenangan kita dulu.
Mungkin benar kata orang “jika mencintai orang lain secara diam-diam, pada akhirnya hanya akan mendoakannya serta akan merelakannya

broken home

teringat 16 tahun silam, seorang anak perempuan kecil dipaksa melihat adegan yang sungguh mengerikan, yah pertengkaran orang tuanya. teringat di malam itu dia sedang asik bermain boneka, sang ibu sedang menonton televisi sedangkan sang ayah ntahlah dia tak ingat kemana ayahnya selama ini, yang dia tau saat dia menanyakan keberadaan sang ayah sang ibu langsung menyuruhnya pergi kerumah nenek dan bertemu sang ayah, sehingga bocah berumur 4 tahun itu tidak menganggap ada sesuatu yang serius antara kedua orang tuanya. namun malam itu malam yang membuat traumatik bagi sang bocah, dia ingat malam itu ayahnya mengedor pintu minta dibukakan, tiba2 sang ibu datang dan langsung berteriak-teriak. saat itu dia tidak jelas mendengar apa yang diteriakkan, karena dia senang ayahnya pulang namun tiba-tiba dia juga keherannan melihat aksi yang dilakukan sang ibu. saat itu sang nenek yang membukakan pintu rumah, jelas sekali bocah itu langsung berlari menyambut sang ayah, namun ayahnya tidak langsung memeluknya dia menjawab apa yang sang ibu teriakkan, dan akhirnya terjadlah pertengkaran itu. sang bocah 4 tahun itu dipaksa melihat adegan yang sangat membuatnya bingung, sedih, dan bertanya-tanya. sambil berlari dia memegang boneka mengikuti alur sang ayah dan ibunya. dan saat itu dia menangis ketika melihat sang ayah yang menghalangi sang ibu untuk menusukkan gunting ke perutnya sendiri, bocah itu berteriak-teriak sampai ada seseorang yang mengambilnya saat itu, terlambat memang bocah itu sudah terlanjur melihat banyak adegan yang sangat terpetakan jelas di setiap hari-harinya. hari dimana terus ingin bocah itu lupakan namun tidak bisa karena itu adalah adegan yang benar2 pertama kali dirasakan olehnya.
hari-hari setelah itu sang ibu mengajaknya ke suatu tempat, seperti perkantoran, namun sang bocah tidak tau kantor apa itu, dia hanya menemani sang ibu saat itu, ibu yang sangat dia sayangi, sesekali dia bertanya dimana sang ayah dan tidak dijawab oleh ibunya dan bocah itu kembali diam.
bulan-bulan setelah itu tiba-tiba dia diberitahu bahwa ayahnya harus bekerja di tempat yang sangat jauh, BATAM, sebuah kota yang menjadi tujuan sang ayah, bocah yang tidak mengerti apa-apa itupun hanya mengiyakan kepergian sang ayah tanpa tahu sebenarnya sejak saat itu dia tidak bisa merasakan kasih sayang sang ayah.
tahun-tahun setelah itu, tepatnya 13 tahun setelah itu, bocah ini sudah berada di sma, mendapati teman-teman baru, tak ada masalah sebelumnya tentang absennya sang ayah didalam hidupnya, namun bocah ini menjadi pemikir bahwa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya, dia mencari, berpikir, merenung, mencoba mengetahui apa yang terjadi, dan dia ingat malam itu dan baru dia sadari bahwa saat itu orang tuanya memutuskan untuk bercetrerai, bahwa saat di perkantoran itu adalah sebuah pengadilan tempat orang  tuanya bercerai, dan dia baru menyadari karakter yang ada pada dirinya sangat rapuh karena hidup tanpa didikan sang ayah. dia sadar bahwa dirinya berbeda, kadang dia bertanya kenap harus bercerai kepada sang ibu, kadang dia menyesali mengiyakan kepergian ayahnya, kadang dia menyesali bahwa dia telah mengantar ibunya ke pengadilan dulu, coba saat itu dia sudah mengerti tentang ini mungkin dia akan menentang sekuat tenaga, mungkin dia tidak akan merelakan keputusan orang tuanya ini. karena sesungguhnya tidak enak menjadi anak seorang single parent. dimana-mana orang tua itu ada dua, dan dua2nya yang menentukan pembentukan sifat sang anak.
yah bocah itu sekarang telah menempuh kehidupan perkuliahannya, bocah itu hanya bisa mengikhlaskan apa yang terjadi walau kadang sangat sulit menerina….
sangat sulit masa2 kecilku dulu, disaat anak-anak lain merasakan kasih sayang kedua orangtuanya aku harus melihat pertengkaran, disaat anak-anak lain belajar mengaji dengan sang mama, membaca oleh sang ayah, berekreasi bersama, aku tidak kawan, ibuku harus bekerja untuk menghidupi aku dan kakau karena kiriman uang ayahku tidak mencukupi, aku belajar baca oleh orang yang menumpang dirumahku dulu bukan oleh orang tuaku, aku belajar ngaji dipengajian-pengajian, dan aku jarang berekreasi. oleh karena itu kalian yang mempunyai orang tua yang utuh jagalah mereka, kasihi dan berbaktilah, dan kalian yang bernasib sama denganku terimalah dengan lapang, wlau itu sulit tetap sayangi mereka dan yakinlah bahwa keputusan mereka dulu memang keputusan yang terbaik.
mah,yah aku sangat sayang sama kalian dan sebenernya aku selalu mengharapkan hal yang ga mungkin terjadi yaitu kalian bisa balikan lagi, tapi aku sadar itu ga mungkin. tapi sulit dan sangat berat untuk menjalani hal ini. aku ingin ayah dan aku ingin mamah. aku ingin kalian..

perpisahan

Saat indah itu terasa cepat berlalu, tak terasa kini aku harus meraskaan yang namanya saat perpisahan. Hah, aku paling benci membicarakan perpisahan. Entah perpisahan dalam bentuk apapun. Aku benci dengan kata perpisahan, karena perpisahan hanya kan mendatangkan kesedihan. Bagiku tak ada perpisahan yang indah. Siapa sih yang menginginkan perpisahan. Tapi ini lah dunia, tuhan telah menciptakan segala sesuatu itu berpasangan, jika ada tawa maka akan ada tangisan, jika ada kebahagiaan maka suatu saat akan ada kesedihan dan seperti yang kurasa seperti saat ini, aku telah mengenal yang namanya pertemuan maka konsekuensinya adalah aku harus mau mengenal perpisahan.


Sedih sekali aku memikirkannya. Tapi apa mau dikata, inilah takdirku. Suatu ketika aku pasti akan merasakan ditinggalkan oleh orang-orang yang aku sayangi. Sahabat, saudara dan orang tua. Terkadang aku berfikir apakah adil jika Tuhan hanya menciptakan pertemuan tanpa ada perpisahan. Hah itu sih hanya pemikiranku.
***

Aku terkejut mendengar suara hp-ku berdering, kulihat disana nama yudi sahabatku menelpon, sedetik kemudian sudah terdengan percakapan kami
“halo, si” terdengar suara diujung sana
“ia halo, napa yud” jawabku
“ga papa, pengen aja nelpon kamu, ngabisin gratisan.hehehhe”
“ah resek lu..” jawabku dengan bersungut-sungut, diujung sana terdengar suara yudi tertawa terbahak-bahak.

Kami berdua berteman akrab, gara-gara dia sering curhat masalah pacarnya ke aku. Em kata dia aku enak diajak ngobrol, dan selalu bisa buat dia tertawa. Hem bukan sombong sih, tapi emang aku orangnya paling suka ngelucu. Atau mungkin menurut yudi, aku ini seperti orang-orang yang ada dipanggung ovj. Sehingga Itu mungkin yang membuat yudi ngerasa seneng curhat sama aku.
“ada apa lagi sih?” tanyaku kemudian
“hah biasalah, gue pengen putus dengan pacarku, capek ku dengan dia, ku dibohongin terus, emangnya aku cowok apaan”
“ow,,,emang kamu cowok?” tanyaku meledek
“ah lu, gua bkn cwok Cuma lekong,hehhe” kembali pecah tawa kami,
Hari-hariku terasa menyenangkan, karena teman-temanku yang selalu bisa buat aku tertawa, yah timbal balik kan, namanya uga makhluk sosial. Tapi terkadang aku sering dibuat pusing oleh masalah-masalah teman-temanku. Ada-ada saja masalah mereka, dan yang pasti sih kebanyakan masalah percintaan. Dan terkadang bisa mambuat ku merasa bersalah juga.

Seperti ketika aku betelfonan dengan temanku yudi, karena dia itu sebenarnya pacar dari teman perempuanku. Pernah aku betelfonan dengan yudi, padahal sicewek ada didekatku, dan anehnya sicewek tak mengerti atau aku yang terlau pintar menutupinya, entahlah atau mungkin dia tau tapi diam. Dan Sebenarnya kalau misalnya aku dibilang TMT gag juga, karena emang hubungan kami hanya sekedar teman.

Hingga suatu saat temanku yudi putus dengan pacarnya, sicewek tadi yah sebut aja Rita. Sebenanya si Rita tu masih suka sama si YUdi, tapi yah namanya juga perasaan, gag bisa dipaksain. Akhirnya yudi dan rita putus. And dampaknya ya si Rita gag mau main lagi ke rumahku, mau tau kenapa alasanya. Karena dia udah gag butuh aku lagi. Haduh mengenaskan sekali hidupku.
***

Aku tinggal dengan kakak sepupuku, karena kami berdua sama-sama kuliah, ditempat yang sama. Dia punya cowok namanya Hendra, tapi cowoknya gag pernah akur sama aku, tiap kali bertemu selalu aja bertengkar. Kadang kakak ku sampai heran. Ya udah mau gimana lagi. Kodratnya gitu lagi. Dan lucunya setelah ayukku putus dengan cowoknya ini, aku malah deket sama dia, aduh parah banget.

Nah usut-diusut ternyata penyebab putusnya mereka ini adalah karena si yudi suka kakak ku. Wa fantastik. Dan si yudi emang mengakuinya sama aku. Aku sih nyantay aja sama hal itu. Wajar aja sih, dan gag ada salahnya juga karena yang namanya mantan ya udah mantan, gag da hubunganya lagi. Tapi sebenarnya adalah masalah dibalik semua itu, mantan kakak ku adalah kawan si Yudi, mereka dulu satu sma, hah aku juga pusing.

Akhirnya yudi nembak deh si kakakku, so apa yang bakalan terjadi kalau mereka jadian. Aku harus rela jauh sama si YUdi.
“lus, aku bingung,!” kata yudi dalam telfon
“bingung kenapa si yud?”
“bingung, disatu sisi ku suka sama kakakmu, tapi disatu sisi aku kawan hendra,kalau misalnya aku jadian sama kakakmu gimana reaksi teman-teman?”. Kata yudi panjang lebar
“yah mau gimana lagi, emang susah, perasaan gag bisa di satuin ama logika”
“ah ku ngejomblo aja deh”
“ahh kamu kok ngejomblo yud, gag percaya aku”
“yah liat aja deh ntar, aku pasti bisa jomblo”
“kalu kakak ku nerima kamu gimana?” tanyaku mencoba menggoyahkan pendirian yudi
“yah entahlah, jalani aja”
***

Semalaman aku telfonan dengan yudi, aku sudah punya firasat buruk nih. Alhasil keesokan paginya kakak ku gag negur aku sama sekali, aku kedepan dia kebelakang, ku susul kekamar eh ku ditinggal tidur. Haduh salah lagi nih aku.. parahnya seharian aku gag bertemu dengan kakaku, aku keluar karena mengurus bisnis kecil-kecilanku. Lumayan buat jajan. Malam hari aku baru pulang. Hem aku sedikit lega karena wajah ayukku terlihat sumringah, aku sudah menangkap ada sesuatu disana. Pasti…!!!!!!

Hem baguslah kalau begitu. Tapi disatu sisi aku merasa kehilangan. Kehilangan sahabatku. Tidaka akan ada lagi yang akan menelfonku, berceloteh ria, sambil bercerita tentang kehidupanya. Hah aku harus siap batin deh. Belum apa-apa aja yudi udah berubah. Dia udah gag pernah hubungi aku lagi. Haruskah aku kehilangan sahabatku. Aku mengerti posisinya, dia ingin menjaga perasaan kakakku, kak sinta. Yah aku mengerti itu, aku juga akan bahagia melihat orang-orang yang akus sayangi bahagia. Kak sinta begitu baik denganku, aku tak mau merusak kebahagiaannya, aku juga menyayangi sahabatku, aku juga ingin melihat dia bisa tersenyum bahagia dengan orang yang dia sayangi.

Aku sadar akan posisiku, aku hanya menjadi sahabatnya, meskipun kini aku merasa jauh dengan sahabatku, tapi aku berharap gag aka nada kata ptus sahabat, apa lagi kata perpisahan. Tapi kalau misalnya hal itupun terjadi, aku tak apa. Hidup ini memang misteri. Dan panggung sandiwara. Suatu saat aku harus siap untuk kehilangan seseorang yang aku sayang.

Dan setelah aku jauh dari yudi, aku juga jauh dengan hendra, entah apa yang menyebabkan hendra menjauhiku, dia tiba-tiba saja marah padaku,
"udahlah gag usah temenan sama aku lagi, aku emang gag pantas jadi temen kamu" itu adalah kata terakhir hendra,
setelah itu dia tak pernah lagi menghubungiku. mungkin memang nasibku, ditinggalkan oleh orang-orang terdekatku. tapi aku percaya kelak aku akan menemukan seseorang yang benar-benar tulus, dan tidak akan meninggakanku.^_^

sahabat jadi musuh

Suatu hari, di siang hari yang panas pada jam pulang sekolah …
 “Shan…shan..Ashantiiii” panggil Keyshia dengan sekuat tenaga sambil terus berlari mengejar teman baiknya itu.
            Memang sudah dua hari ini sahabat baiknya Ashanti menghindarinya terus. Namun, dia terus berusaha agar Ashanti mau mendengarkannya dan mau memaafkannya.
            Akhirnya Keyshia mendapatkan pergelangan Ashanti setelah itu dia memegangnya kuat-kuat  “Shan..dengarkan penjelasanku dulu, baru kau boleh pergi.”
            “Apa-apan sih, lepaskan gak ! Lepaskan, atau aku akan…” jawab Ashanti dengan teriakannya namun terpotong. “Akan apa ? Aku gak akan peduli kamu mau berbuat apa kepadaku nanti, tapi dengarkan aku dulu sebelumnya.” Jawab Keyshia yang tidak mau kalah.
            “hmm..” Ashanti menghela nafas dengan kesalnya, lalu membuang muka karena dia tidak mau memandang sahabatnya itu. Memang insiden kecil beberapa hari lalu membuatnya benci setengah mati kepada sahabatnya itu.
            “Dengarkan ! Aku sama sekali tidak mempunyai niat apa-apa untuk menyakitimu dan membuatmu malu pada pesta topeng beberapa hari lalu.”
            “Hah ? Aku gak salah dengar kan ?! Lalu apa maksudmu menyiram gaunku dengan segelas jus pada pesta itu, lalu untuk apa juga kau memberiku kado berupa beberapa ekor katak yang melompat dan dengan cepatnya masuk ke dalam rambutku sehingga membuatku tampak seperti orang bodoh didepan semua orang di sekolah ini pada acara pertukaran kado untuk sahabat di pesta itu.” Ashanti menjelaskan semua itu dengan cepat.
            “Aku tidak merencanakan semua itu terjadi kepadamu.” Jawab Keyshia dengan polosnya. Namun Ashanti tetap tidak percaya padanya. “Huh..lalu siapa ? Hantu maksudmu ?! Jangan membuat alasan yang konyol”.
            Keyshia tampak berpikir selama lima detik lalu sampai akhirnya dia menjawab “Aku tidak tahu. Tapi..percayalah kepadaku. Aku tidak pernah berniat jahat padamu. Itu alasanku.”
            Ashanti mendengus kesal untuk beberapa kalinya, “Hanya itu alasanmu ? Buang-buang waktu saja. Lalu untuk apa aku harus percaya kepadamu ?”
            “Karena aku sahabatmu, ku mohon percayalah” Jawab Keyshia meyakinkan. “Kalau aku tidak percaya, kau mau apa ?” tambah Ashanti sinis.
            “Itu urusanmu, kaulah yang berhak menentukan.” Tiba-tiba Risti datang dan ikut angkat bicara. “Huh..satu pengacau lagi datang” dengus Ashanti kesal.
            “Kenapa sih..kau berubah sejak bergabung dengan Debi, Zeze dan Lydia. Tahu gak ?! Mereka semua hanya ingin memanfaatkanmu dan mungkin mereka semua yang menyebabkan itu semua terjadi kepadamu” jawab Risti dengan kesal.
            “Omong kosong ! Aku sama sekali tidak percaya kepada kalian semua. Dan asal kalian tahu, mereka semualah yang membuatku bisa pacaran dengan David, cowok yang selama ini aku kagumi, bukan kalian.”
            ‘TIN-TIN’tiba-tiba ada suara klakson mobil berwarna merah muda. Mobil itu kemudian menepi mendekati pertengkaran ketiga sahabat baik itu. Dan kemudian, jendela mobil itu terbuka. Terlihatlah ada tiga perempuan muda di dalamnya yang mengenakan pakaian seragam yang sama seperti ketiga sahabat itu. Salah satu perempuan yang mengendarai mobil itu akhirnya memulai untuk berbicara.
            “Hey Shan ! kamu kok belum pulang ?” kata perempuan yang bernama Debi itu. Kemudian, Ashanti melirik ke arah kedua sahabatnya itu untuk memberikan isyarat kepada mereka.
            “Ohhh…itu masalahnya. Kamu di gangguin sama dua makhluk pengacau ini lagi ya..” kata wanita yang satu lagi bernama Zeze.
            “Kayanya supir kamu telat lagi deh. Udah yuk ikut sama kami aja daripada nunggu terus. Apalagi di temenin sama para pengacau ini.” Kata Lydia ikut menambahkan.
            “Thanks ya, memang kalian semua yang paling mengerti” kata Ashanti seraya masuk ke dalam mobil. Sementara itu, Keyshia dengan Risti hanya dapat melihat mereka pergi menjauh  dengan pandangan yang sangat menyakitkan hati karena mengingat teman mereka telah berubah 1800.
           
Keesokkan harinya di perpustakaan sekolah…….
           
            Seorang siswi sedang menuju meja penjaga perpustakaan dengan langkah yang sangat takut mengingat penjaga perpustakaan di sekolahnya itu terkenal sangat galak. “Permisi, aku mau minta maaf karena aku telat membalikkan buku ini. Jadi berapa denda yang harus aku bayar ?” tanyanya sambil menunduk dalam.
            “Ashanti, mau mengembalikkan buku ya ? tanggal berapa kau pinjam buku tersebut ?” kata penjaga perpustakaan itu ramah. ‘Tak seperti biasanya ramah dan suaranya pun berbeda, lebih lembut, serta ku rasa aku mengenalnya’Ashanti berbicara pada dirinya sendiri. Ketika itu, dia pun langsung mengangkat wajahnya untuk melihat siapa penjaga perpustakaan tersebut.
            “Eh Dio, sedang apa di sini ?” tanyanya heran kepada temannya tersebut. “Kau jangan heran ! Aku di sini hanya menggantikan posisi Pak Bastari karena beliau sedang sakit.” kata Dio menjelaskan.
            “Huf, untunglah ! Aku pinjam buku ini pada 5 hari yang lalu, maaf baru mengembalikkannya sekarang karena banyak hal-hal yang harus aku cerna berhubung kata-katanya sulit di mengerti” tutur Ashati lugas.
            “Ohhh….Ya sudah sinikan bukunya! kau tidak perlu membayar dendanya.”kata Dio dengan muka yang tersenyum kepada Ashanti. Jelas dia sangat baik kepada Ashanti karena Ashanti lah gadis yang menjadi cinta pertamanya  di sekolah tersebut. Namun, dia masih ragu bahkan belum sempat untuk mengutarakan perasaannya tersebut sehingga dia sangat menyesal begitu mendengar kabar bahwa Ashanti telah berpacaran dengan David.
            “Terima kasih ya ! kau memang teman yang sangat baik, kalau begitu aku kembali ke kelas dulu ya. Selamat bekerja menggantikan Pak Bastari” kata Ashanti ramah seraya pergi berlari meninggalkan perpustakaan tersebut. Aneh memang jika Ashanti kerap selalu merasa sangat nyaman dan bisa tersenyum lepas jika berada di dekat Dio, temannya itu.
            Ketika itu pada jam istirahat, setelah Ashanti pergi ke Perpustakaan, berhubung kelasnya berada di lantai tiga dia pun menaiki tangga untuk pergi ke kelasnya. Tapi pada saat dia menaiki tangga yang berada di lantai dua, dia melihat dua sosok yang saling bergandengan tangan dan sudah tidak asing lagi untuknya,  yakni Zeze dengan David. Seketika itu, dia pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas dan dia pun segera kembali ke bawah lagi untuk menuju ke toilet. Di dalam salah satu toilet dia pun menangis tanpa hentinya. Bagaimana tidak ?! Pangeran yang selama ini dia sukainya dan sudah menjadi miliknya malah jalan dengan wanita lain, dan itu dengan temannya sendiri. ‘Brak’ terdengar suara pintu utama toilet di banting dengan kerasnya. Dan terdengarlah suara dua orang siswi yang sedang tertawa dengan keras, dan lagi-lagi Ashanti mengenal dua suara tersebut, maka dia hentikanlah tangisannya itu untuk mendengarkan pembicaraan dua suara tersebut.
            “Ha…ha..ha..ga nyangka banget ya kalau si Ashanti itu bisa kita manfaatkan, apalagi selama ini dia ga sadar kalau di manfaatkan. Dengan begitu kita bisa terus-terusan minta jawaban ulangan sama dia” kata salah satu siswi tersebut.
            “Ha..ha iya juga ya, apalagi dia ga sadar sama sekali kalau kita gak pernah menjodohkan dia sama si David, ya iyalah David kan pacaran sama si Zeze yang super cantik, mana mungkin dia mau pacaran sama Ashanti kalau gak di suruh sama kita”kata siswi satunya lagi. “Bukan kita tapi aku ! Aku kan yang sepupunya david” kata siswi pertama menegaskan.
            “Iya deh aku tahu bahwa Debi adalah sepupunya David. Oh ya, ada satu lagi kebodohan Ashanti yakni dia gak sadar sama sekali kalau yang mengerjainya pada pesta topeng waktu itu adalah kita” kata siswi yang bernama Lydia tersebut.
            “Yuk kita pergi dari sini ! Aku gak betah berlama-lama jika ada di sini”kata Debi seraya meninggalkan toilet tersebut di ikuti dengan Lydia di belakangnya. Betapa sakit dan perihnya hati Ashanti saat itu ketika mendengar percakapan mereka secara langsung mengenai dirinya. Ashanti menangis sambil berpikir bahwa dirinya telah bodoh membuang teman-teman baiknya, yakni Keyshia dan Risti.
            Ketika jam pulang sekolah tiba, murid-murid pun berjalan keluar berhamburan tak terkecuali dengan Ashanti yang berjalan keluar dengan tubuh yang gontai. Dia pun tak peduli terhadap orang-orang yang kerap dia tabraknya, saat itu dia hanya berjalan lurus mengikuti langkah kakinya yang ingin cepat-cepat pergi dari sekolah tersebut. Karena air mata terus berderai di wajah manisnya maka dia terus berjalan dengan wajah yang tertunduk. Di persimpangan jalan terdapat mobil besar yang melaju dengan cepatnya, karena Ashanti terus berjalan dengan tidak hati-hati maka seketika itu dia terkejut ketika dia melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Saat itu tubuhnya pun seakan-akan kaku untuk di gerakkan dan dia pun terdiam saat mobil itu terus melaju ke arahnya dan akhirnya…….
              Pandangan Ashanti tidak jelas saat membuka matanya untuk sadar kembali dan ketika itu ada dua orang yang tidak asing lagi baginya yang sedang berada di samping kanan dan kirinya.
            “Key-Keyshia, Risti, aku di mana ?” tanyanya heran. “Kau sekarang ini sedang berada di rumah sakit karena kecelakaan satu jam yang lalu. Apa kau masih ingat” tanya Risti balik. “ Ya, aku masih ingat. Tapi bagaimana aku bisa selamat ?” tanya Ashanti masih heran. “Tadi yang menyelamatkanmu adalah Dio, sedangkan kau tadi cuma pingsan dan tidak mengalami luka sedikitpun” kata Keyshia ikut menjelaskan.
            “Dio ?! Bagaimana keadaan dia sekarang ? Apa dia terluka ?” tanya Ashanti khawatir. “Oh..Dio tidak mengalami luka yang parah kok, justru dia malah khawatir tentang keadaanmu sehabis kecelakaan tersebut dan dia sekarang berada di ruang sebelah karena masih harus di periksa dokter” kata Risti menenangkan.
            Kemudian, setelah itu Risti dan Keyshia pun mulai bercerita tentang kejadian kecelakaan yang baru menimpa Ashanti dan juga bercerita bagaimana keadaan saat Dio menolongnya, serta bercerita bagaimana mereka bisa berada di rumah sakit untuk menemani Ashanti dan Dio sehabis kecelakaan tersebut. Sedangkan Ashanti juga bercerita tentang kepedihan yang dialaminya kepada dua orang teman baiknya itu.
            “Keyshia, Risti aku boleh tidak berteman lagi dengan kalian dan menjadi sahabat kalian lagi, aku sungguh menyesal telah berbuat kasar pada kalian semua, maka dari itu aku minta maaf kepada kalian” kata Ashanti penuh penyesalan.
            Seketika itu Keyshia dan Risti saling bertatapan untuk beberapa saat, dan kemudian mereka menjelaskan bahwa mereka sudah memaafkan semua kesalahan Ashanti dan mau menerima Ashanti menjadi sahabat mereka kembali.
            “Baiklah aku akan berjanji aku tidak akan menyakiti diri kalian lagi dan aku juga akan bersumpah akan menjaga persahabatan kita sampai kapan pun” kata Ashanti bersemangat. “Ah, tidak perlu dilebih-lebihkan seperti itu” ujar Risti ikut senang.
            “Apa sih yang dilebih-lebihkan ? Boleh tahu tidak ?” kata Dio datang tiba-tiba. “Eh Dio kau tidak apa-apa kan ?” tanya Ashanti cemas. “Ya, yang seperti kau lihat aku tidak apa-apa” kata Dio meyakinkan. “Terimakasih Dio, atas pertolonganmu aku bisa selamat” ujar Ashanti senang. “Ah, itu cuma hal kecil, tidak perlu dibesar-besarkan” kata Dio merendah.
            Setelah kejadian itu akhirnya Ashanti dapat kembali menjalin ikatan persahabatan yang sempat terputus dengan Risti dan Keyshia. Serta akhirnya dia dapat menyadari siapa cinta sejati yang ada didalam hatinya itu sehingga pada akhirnya dia dan Dio menjadi sepasang kekasih. Sementara itu Debi, Zeze, dan Lydia harus berusaha keras agar mendapatkan tempat menyontek untuk jawaban ulangan mereka. Dan pada akhirnya juga David sering merasa kerepotan karena dia kerap dijadikan pembantu dadakan oleh sepupunya sendiri, yakni Debi sehingga dia harus melaksakan apa-apa yang di perintahkan Debi karena Debi tak mampu lagi memanfaatkan Ashanti.
            Dan persahabatan yang akan dijalin Ashanti terus bersama Risti dan Keyshia siap menghadapi lembaran-lembaran baru didalam kehidupan sehingga persahabatan mereka tak akan lekang oleh waktu.

****

A Little Thing Called Love (Sebuah Cinta Sederhana)

Pagi ini dingin sekali. Sweater merah jambu favouritku ternyata tak mampu melawan dinginnya pagi di kota ku. Aku menyesap secangkir teh hangat dengan gula rendah kalori. Cukuplah untuk membuat badanku hangat sejenak. Dengan rasa malas, kuseret kakiku menuju dapur. Segera kuhangatkan susu cair dan kusiapkan empat tangkup roti isi selai kacang. Tak lupa kuiris tiga buah apel berwarna merah menyala.
“Selamat pagi,” dia mengecup pipiku.  Rambutnya yang hitam terlihat acak-acakan. Piyamanya meninggalkan kerutan disana-sini. Hujan tadi malam membuat dia dan bahkan juga aku tertidur dengan nyenyaknya.
Setelah menenggak habis susu kalsium rendah lemaknya, dia bergegas ke kamar mandi. Suara gemericik air terdengar begitu jelas di pagi yang sunyi ini. Aku menghela nafas, ada sesuatu yang aneh dalam dadaku. Sesuatu yang ingin menyeruak dari hatiku. Seperti sebuah pemberontakan.
Dia memakai hem warna biru laut yang baru kubelikan minggu lalu sebagai hadiah ulang tahunnya yang kedua puluh lima. Kulihat dia memakai gel rambut, menyisir rambutnya, dan memakai dasi. Semuanya ia lakukan sendiri. Aku mencoba mendekat.
“Sarapan sudah siap,” kataku.
“Terima kasih,” dia mentatapku, tersenyum. Lantas kembali sibuk dengan dasinya.
Kenapa diam saja? Kau seharusnya membantunya memakai dasi itu. Kau takut? Apa yang kamu takuti? Ah, pokoknya aku takut.
Sepuluh menit kemudian kulihat dia menuju dapur. Aku masih sibuk dengan make-up dan blazer merah maroon-ku. Lipstick merah menyala kupoleskan di bibir mungilku. Tak lupa blush on warna senada kulitku menempel pas di kedua pipiku. Sekarang, waktunya memakai mascara.
“Saya makan duluan,” dia memberitahuku. Aku mengangguk kecil, sekarang sibuk dengan antingku. Dia, lagi-lagi makan di balkon rumah. Bukannya sudah kusiapkan sarapan diatas meja makan? Yang kuinginkan kita sarapan bersama. Duduk berdua dan saling bertukar cerita. Ah, dia memang tak pernah mau mengerti.
“Apa aku kurang cantik Nes?”
Nesta tertawa. Wajah orientalnya memandangku tak percaya.
“Hei, kamu kenapa sih? Lagi kena syndrome penuaan dini ya?” ledeknya.
“Entahlah. Kadang aku tak mengerti dengan sikap Hari. Akhir-akhir ini dia berubah,”
Nesta mendekatkan kursinya kearahku. Kertas-kertas berisi catatan pengeluaran perusahaan ia tinggalkan sejenak.
“Yah, aku pikir Hari tidak mencintaiku lagi,”
“Hei! Jangan bilang begitu, memang apa yang dilakukan Hari kepadamu? Dia selingkuh?”
Aku menggeleng.
“Tapi sikap kami berdua tak bisa dibilang lagi sebagai sepasang suami istri,”
“Kalian kan masih pengantin baru, mungkin masih harus beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga,” Nesta menggenggam tanganku.
“Aku yakin kamu pasti bisa menjadi istri yang baik,”
Aku meng-amini ucapan Nesta dalam hati.
***
“Halo, saya pulang terlambat. Malam ini kamu pulang naik taksi saja ya…maafkan saya, nanti saya pesankan taksi,”
Aku mendesah pelan. Lagi-lagi seperti ini. Dia, kenapa sih dia selalu saja begini?
“Rin, aku pulang dulu ya, Rama udah jemput,” Nesta melambaikan tangannya kepadaku. Aku mengangguk pelan. Kami berpisah di lobi kantor. Nesta, sahabatku terlihat bahagia bersama suaminya. Rama adalah pria dengan sejuta perhatian, itu sebutan Nesta untuk suami tercintanya. Nesta, seandainya Hari sama seperti Rama….
Aku terjaga saat mentari pagi mengintip malu-malu lewat celah jendela kamar kami. Kulihat dia sudah  berpakaian rapi. Sedang memakai dasi di depan cermin.
“Selamat pagi Rin, hari ini saya ada rapat lebih awal, saya berangkat duluan ya?”
“Tapi saya belum bikinin kamu sarapan,”
“Tenang saja, nanti saya bisa mampir ke Wendy’s”
Dia tersenyum lantas mengecup keningku. Bergegas ia menuju ke ke garasi. Memanaskan mobil dan pergi. Aku menangis. Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya. Dimana pernikahan yang katanya indah itu? Bukan begini pernikahan yang aku harapkan. Seharusnya pagiku diwarnai dengan celoteh riang kami. Saling memeluk mesra ketika kami terjaga. Saling bercanda sembari menyesap hangatnya kopi di balkon rumah kami yang cantik. Atau  saling melengkapi cerita kami ketika sarapan. Setidaknya ada kecupan manis saat aku melangkah menuju kantorku. Ah, dimana semua keindahan itu?
“aku benar-benar lelah Nes! Aku capek dengan semua ini,”
Nesta memandangku prihatin.
“Maafkan aku, aku tak tahu harus bagaimana,” Nesta memelukku.
“Rama pasti tak seperti Hari, dia pasti selalu hangat, iya kan?”
Nesta mengangguk.
“Nesta, apa sih kekuranganku? Apa aku kurang seksi? Perasaan aku lebih seksi dan lebih cantik dari kamu, iya kan?
Kudengar Nesta tergelak.
“Aku tak akan pernah bisa mengalahkan  mantan Miss Kecantikan kebanggan almamaterku, sampai kapan pun aku tak bisa mengalahkanmu!”
“Yah, tapi dalam berumah tangga kamu berhasil mengalahkan aku, kamu berhasil mendapatkan suami yang sempurna,”
“Aku yakin Hari menyayangimu. Mungkin hanya waktu kalian saja yang selalu salah,”
Aku terdiam. Ucapan Nesta membuatku berfikir, mungkin kali ini Nesta benar.
***
Jumat malam. Itu yang sangat aku tunggu. Weekend! Yeah akhirnya kembali libur setelah satu minggu yang melelahkan. Nesta menggodaku saat aku mengeluarkan lipstick merah menyalaku.
“Ciee yang mau kencan..”
“Bagaimana? Aku cantik tidak?” aku kembali mematut diriku di depan cermin toilet kantor.
Nesta menunjukan dua jemponya.
“Hilarry Swank aja kalah,”
Aku tertawa mendengar Nesta membandingkanku dengan artis Hollywood favoritnya. Kulirik BB-ku yang sedari tadi berkedip.
“Baiklah, saya akan segera turun,”
“Sukses ya Rin..aku tunggu cerita indahmu,” Nesta melambaikan tangan kepadaku. Waduh, kok jadi seperti mau kencan pertama saja. Tiba-tiba aku merasa menjadi remaja belasan tahun lagi.
Dia berdiri di depan mobil silver metallic-nya. Rambut cepak itu, tubuh jangkung itu, dan oh Tuhan dia memakai hem biru laut favoritku.
“Maaf sudah membuatmu menunggu,”
Dia menoleh. Wajah tampan itu tersenyum. Lantas membimbingku ke mobilnya. Lagu Fly Me to the Moon-nya Frank Sinatra mengalun lembut dari radio yang kebetulan sedang membicarakan tentang Valentine. Oh iya! Bukannya hari ini valentine yah? 14 februari. Bulan merah jambu yang dulu sangat akrab di kehidupanku. Bulan yang katanya penuh dengan kasih sayang. Tiba-tiba dadaku bergemuruh.
“Kamu lapar?” dia bertanya. Tak sekalipun menoleh kepadaku. Aku tahu dia sedang konsentrasi menyetir, jadi tak kupermasalahkan itu.
“Lumayan,” jawabku. Jujur, gara-gara terlalu antusias dengan ajakan ‘pergi berdua’-nya membuatku lupa makan. Sibuk memikirkan penampilanku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Setengah jam kemudian kami sampai di sebuah tempat yang sangat familiar bagiku. Pantai Marina! Ya, ini tempat favoritku. Saat aku sedih, bahagia, atau sedang ingin menyendiri, aku pasti ke sini. Memandang debur ombak di laut seakan bisa meluluh-lantahkan semua penat di kepalaku.
Dia menggandeng tanganku. Hatiku berbisik kecil, ini bukan mimpi Rin.
“Saya akan membawamu ke suatu tempat,”
“Kemana?”
Dia tersenyum. Sungguh senyumnya membuatku mataku tak mau lepas memandang wajahnya yang menyejukkan.
Dia mengajakku duduk di atas pasir putih. Dari sini bulan terlihat begitu jelas. Malam ini purnama. Bulan bersinar penuh, bulat 360 derajat. Cantik sekali.
“Indahnya,” gumamku.
“Bagaimana kamu suka?”
Aku mengangguk. Dan untuk pertama kalinya setelah 3 bulan dari malam pertama kami, dia memandangku dengan tatapan lembutnya. Mata kita beradu dan wajah tampan itu perlahan mendekat kepadaku.
“Terima kasih ya,” dia berbisik kepadaku.
“Untuk apa?”
“Untuk semua ini, selama ini kamu begitu baik kepada saya,”
Aku terdiam. Apa maksudnya?
“Saya selalu berfikir, apakah ada yang salah dengan pernikahan kita?” tanyaku. Dia memandangku.
“Tidak,”
“Saya pikir perjodohan itu yang membuat kita menderita. Dan saya tidak pernah tahu perasaan kamu kepada saya. Kita berdua adalah korban dari sikap konvensional orang tua kita masing-masing,”
Dia masih saja terdiam. Tatapan matanya nanar memandang rembulan yang bersinar dengan indahnya.
“Saya bahkan baru melihat kamu saat malam dimana kamu dan keluargamu melamar saya,”
“Malam itu saya tidak bisa membohongi perasaan saya sendiri,  malam itu diam-diam saya mulai mencintai kamu, saya pikir pernikahan kita akan bahagia,”
“Maafkan saya,”
“Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf,” kataku cepat.
Kami terdiam untuk beberapa saat.
“Apakah saya berperilaku seperti yang kamu harapkan?” tanyanya.
Aku menggeleng.
“Lantas, kenapa kamu tidak meninggalkan saya?”
Pertanyaannya membuat lidahku kelu. Aku juga tak tahu kenapa aku tak bisa meninggalkannya.
“Mungkin karena saya terlanjur mencintaimu,”
Dia menatapku.
“Begitu pula dengan saya.,”
“Mungkin saya bukanlah pria yang romantis yang setiap hari memberimu ucapan cinta atau setangkai mawar merah yang indah. tapi, jujur saya benar-benar mencintai kamu dengan tulus. Kamu, wanita pertama yang saya cium ketika saya selesai mengucap ijab qabul. Kamu wanita pertama yang saya lihat saat saya terjaga di pagi hari setelah malam pertama kita. kamu wanita pertama yang saya kecup setiap saya selesai bermunajah di tengah malam. Dan kamu yang nantinya akan menjadi ibu untuk anak-anak saya, sungguh saya mencintai kamu”
Seketika itu aku menangis mendengar jawabannya. Kupeluk tubuhnya yang kekar. Pria berkaca mata itu balas memelukku.
“saya sayang kamu Rin,”
Pelukan itu tiba-tiba mengendur. Sekarang dia merengkuh tubuhku dalam dekapannya.
“Oh iya sekarang hari valentine ya? Saya punya ini untukmu,”
Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
“Semoga kamu suka,”
Sudah. Aku tak bisa berkata-kata lagi. malam ini terlalu romantis untukku. Bahkan hampir sepuluh kali kucubit lenganku untuk meyakinkan diriku jika aku tidak bermimpi. Dia melingkarkan sebuah kalung perak di leherku. Lantas, dia mengecup pipiku.
“Kamu cantik,” ucapnya.
“Terima kasih..saya hanya tak menyangka kamu bisa seromantis ini, apa karena ini hari Valentine jadi kamu berubah romantis?”
Dia tertawa menampilkan deretan giginya yang putih bersih.
“Tentu saja tidak. Kamu kira saya terkena virus merah jambu itu? Arina, saya bukan lagi remaja enam belas tahun yang begitu mendewakan hari Valentine. Saya bahkan tak pernah percaya dengan hari itu. Mungkin kebetulan saja, weekend ini jatuh di tanggal 14 Februari. Bertepatan pula dengan bulan purnama yang indah. Karena bagi saya, valentine itu setiap hari. Ya, setiap ada kamu di hati saya,”
Perfect! Kamu sudah men-skak-mat kan hatiku. Ucapanmu itu seperti bukan datang dari kamu. Atau mungkin selama ini aku salah mengenalmu? Aku selalu mengira kamu itu pria berhati dingin tanpa ada sisi romantisnya sedikitpun.
Mungkin benar kata Nesta. Kerenggangan itu terjadi karena waktu kita yang selalu salah. Semenjak menikah kita selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tak ada waktu untuk saling berbagi dan bertukar cerita. Mana mungkin aku bisa mengenal suamiku seutuhnya jika tidak ada obrolan intim diantara kita berdua. Pernikahan kita dijodohkan. Ibu dan ayahku hanya memberiku kesempatan berfikir semalam saja untuk menerima atau tidak lamaran dia. Kadang, aku selalu menyalahkan waktu. Menyalahkan pernikahan itu, perjodohan itu dan tentu saja menyalahkan dia.
“Saya bahagia menikah denganmu,” kupeluk tubuh dia, suami tercintaku. Kembali bisa kurasakan wangi tubuhnya dan dekapannya yang hangat.
“Terima kasih untuk quality time-nya, kamu membuat saya jatuh cinta lagi,”
Dia mengecup keningku pelan.
“Mau saya nyanyikan sesuatu?”
Aku mengangguk. Dan dia kembali menyanyikan lagu favoritnya, Fly Me to The Moon-nya Frank Sinatra. Lagu yang pertama kali ia dendangkan saat malam pertama kita. dan itu terjadi tiga bulan yang lalu.
Fly me to the moon,
Let me play among the stars.
Let me see what spring is like on Jupiter and Mars.
In other words, hold my hand!
In other words, baby, kiss me.
Fill my heart with song,
And let me sing forever more…

Diam-diam aku mengikrarkan lagu ini sebagai lagu favoritku juga. Terima kasih Hari, terima kasih untuk quality time yang kamu berikan. Sekarang aku bisa merasakan sesuatu yang indah bernama ‘cinta’ yang diam-diam kembali membisikan kamu dihatiku.
End-

Cinta Pertama yang Menghancurkan

Entah sudah berjuta kubik air mata ini tertumpah, jika aku mengingat kejadian itu. Betapa teganya engkau, lelaki yang perusak kaum kami. Mungkin bukan hanya aku korbanmu, bisa jadi beberapa gadis polos yang lain pun bernasib sama. Dan entah kau akan tersadar, lalu menghentikan semua ulah bejatmu. Aku memang tak kuasa menahan dan menyadarkanmu, jika aku bisa mungkin aku ingin kau melakukannya padaku saja, lalu bertaubat dan bertanggung jawab.
Memang aku gadis yang lemah, terbuai cinta semu belaka lantas kupasrahkan semuanya. Tak kupungkiri kau pandai merayu dan membuai calon korbanmu, berdalih pembuktian cinta, kau teguk kesucian kami hingga tiada lagi. Bodohnya, kebanyakan dari kami tak pernah waspada dan terlalu percaya akan bualan cinta.
Tidak, aku tidak menyalahkan cinta, yang aku sesalkan adalah kebodohanku dalam mengartikan cinta. Cinta itu fitrah, dan cinta terhadap lawan jenis kan terjaga kesuciannya kala dibingkai dengan pernikahan. Sementara cinta yang kita lakukan, adalah penjelmaan pemujaan akan rasa yang terpoles rapih nafsu belaka. Cinta pertama yang menghancurkanku, bukan, tapi kau yang telah menghancurkanku atas nama cinta, dan aku membiarkannya.
Sekarang apa yang harus kulakukan, ketika tujuh gadis nyaris bersamaan menuntut pertanggungjawabanmu. Tidak mungkin kau bisa nikahi semuanya, karena poligami saja batasnya empat. Dan yang aku tahu, ini bukanlah solusi, dosa tetaplah dosa, meski banyak yang menyesatkan dengan mengatakan ini adalah dosa terindah.
Ah, apa yang harus kulakukan. Kemana ku harus mengadu selain pada Tuhan. Terlalu jauh aku melangkah menjauhi-Nya, dan aku tidak ingin semakin jauhdan jauh lagi. Semoga Allah ampuni dosa-dosaku, semoga tidak ada lagi gadis yang salah langkah sepertiku. Semoga mereka lebih waspada dan tidak terbuai dengan kata cinta. Karena sejatinya cinta itu menguatkan, memuliakan, bukan malah menghancurkan, mencampakkan.

Pujaan Hati Masa Kecilku

Aku bertemu Jake ketika berumur sebelas tahun. Bagiku ia bukan hanya "teman kakak laki-lakiku". Ia berusia tiga belas tahun - seorang pemuda yang lebih tua. Jake dan kakakku suka duduk di kamar kakakku, dengan pintu tertutup, dan menggoyang-goyangkan kepala mengikuti irama musik Guns' n Roses. Aku akan berusaha keras mencar-cari alasan untuk mengetuk pintu kamar kakakku, hanya supaya mengintip atau mendapat seulas senyum Jake. Aku menemukan sesuatu yang menarik pada diri jenius komputer aneh itu. Tapi aku hanya "adik Phil", sehingga hubungan kami hanya sebatas ini: Ia teman kakakku dan aku adik yang menjengkelkan, dua status yang tampaknya tidak cocok.
Lalu Jake pergi ke sekolah swasta, dan aku kehilangan kehadirannya di rumah, meski itu hanya di balik pintu kamar kakakku yang terkunci. Beberapa bulan setelah pergi, Jake menulis surat kepada Phil, dan di akhir surat, dengan tulisan yang nyaris tidak terbaca, ia menulis "sampaikan salamku untuk adikmu. Apa dia masih lucu?" Kalimat itu menghidupi selama berbulan-bulan, cukup untuk terus menerus menimbulkan getaran di perutku.
Pada musim panas 1993, Jake pulang. Suatu malam, telepon berdering. Ketika aku mengangkatnya, suara di ujung sana menjawab, "Hai Lensa, Phil ada?" Aku menggali ingatanku, mencoba mengingat suara yang sudah kukenal di ujung sana. Setelah beberapa saat, aku sadar itu suara Jake. JAKE!
"Sebenarnya dia tidak ada. Kau ada di mana?" Suaraku gemetar. Aku tak percaya ketika dia menjawab, "Cranbrook," ia ada di rumah.
Persahabatan kami dimulai ketika ia bicara lagi dan berkata, "Yah, kalau Phil tidak ada, kurasa kaulah yang harus bicara denganku." Malam itu, kami bertemu dan duduk di taman berjam-jam.
Aku membawa seorang teman, dengan tujuan memasangkannya dengan teman yang menemani Jake. Aku memperhatikan saat Jake berbicara dan ketawa dengan temanku, Mel. Aku sadar aku takkan menjadi orang yang akan memasangkan siapapun. Tampak jelas Jake tertarik kepada Mel.
Ketika Jake dan Mel pacaran, hatiku hancur. Keegoisanku membuatku senang ketika bulan itu mereka berpisah, dan Jake meneleponku untuk mengadu. Akhirnya kami berbicara lagi dan kemarahanku karena ia mengencani Mel sirna dengan agak cepat. Sulit untuk bersikap terus marah kepadanya.
Meski tak lama kemudian ia kembali ke sekolahnya, suratnya sekarang dialamatkan kepadaku, dengan catatan tambahan yang berbunyi, "sampaikan salamku untuk Phil." Persahabatan kami semakin lama semakin erat.
Ia meninggalkan sekolahnya dua tahun kemudian, hanya untuk pindah semakin jauh, tapi kami malah semakin dekat. Tak lama kemudian aku menyadari bahwa aku benar-benar jatuh cinta padanya. Setiap kali ia datang berkunjung, semua terasa seperti sebuah petualangan baru. Kami merasa bebas untuk bertingkah seperti anak kecil, tapi sekaligus, pembicaraan kami tidak ada habisnya. Kami tertawa dan berbagi rahasia, dan aku selalu sedih jika ia harus pulang.
Setiap kali ia berkunjung aku berkata kepada diri sendiri, Inila saatnya. Aku akan mengatakan perasaanku kepadanya. Aku berjanji pada diri sendiri bahwa aku akan mengatakannya sebelum ia pergi, tapi aku tak pernah berani mengakui perasaanku kepadanya.
Jake kembali pulang ke rumah beberapa hari lalu. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa tak akan ada lagi lain kali, bahwa jika tidak sekarang, aku takkan pernah mengatakannya, dan bahwa aku tak sanggup menahannya lagi. Walau pernah menyinggung-nyinggung perasaan kami satu sama lain, kami tida pernah membicarakannya. Aku mengumpulkan keberanian untuk mengatakan perasaanku kepadanya, bahwa aku mencintainya dan telah beberapa lama merasakannya. Kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulutku. Ia memotong ucapanku, mencondongkan tubuh ke depan dan menciumku. Aku mengira aku merasakan kebahagiaan yang sempurna, tapi anehnya, aku tidak merasakannya. Ini Jake, aku mengingatkan diri sendiri. Ingat ? Kau mencintainya! Tapi aku tetap tidak merasakan apa-apa. Ketika ia menatapku, aku bisa melihat perasaan yang sama. Selama ini au yakin mencium Jake merupakan potongan teka-teki terakhir untuk melengkapi khayalanku yang sempurna. Namun entah bagaimana, potongan teka-teki ternyata tidak cocok.
Jake hari ini pergi lagi, dan kali ini, kepergiannya tak terasa seperti tragedi. Kami teman baik tidak lebih, dan akan selalu begitu.
Jadi mungkin ini bukan akhir dari sebuah dongeng. Mungkin pujaan hati masa kecilku takkan menjadi pangeran dongengku, tapi kami masih bisa hidup bahagia selamanya.