Senin, 01 Oktober 2012

Cinta Pertama yang Menghancurkan

Entah sudah berjuta kubik air mata ini tertumpah, jika aku mengingat kejadian itu. Betapa teganya engkau, lelaki yang perusak kaum kami. Mungkin bukan hanya aku korbanmu, bisa jadi beberapa gadis polos yang lain pun bernasib sama. Dan entah kau akan tersadar, lalu menghentikan semua ulah bejatmu. Aku memang tak kuasa menahan dan menyadarkanmu, jika aku bisa mungkin aku ingin kau melakukannya padaku saja, lalu bertaubat dan bertanggung jawab.
Memang aku gadis yang lemah, terbuai cinta semu belaka lantas kupasrahkan semuanya. Tak kupungkiri kau pandai merayu dan membuai calon korbanmu, berdalih pembuktian cinta, kau teguk kesucian kami hingga tiada lagi. Bodohnya, kebanyakan dari kami tak pernah waspada dan terlalu percaya akan bualan cinta.
Tidak, aku tidak menyalahkan cinta, yang aku sesalkan adalah kebodohanku dalam mengartikan cinta. Cinta itu fitrah, dan cinta terhadap lawan jenis kan terjaga kesuciannya kala dibingkai dengan pernikahan. Sementara cinta yang kita lakukan, adalah penjelmaan pemujaan akan rasa yang terpoles rapih nafsu belaka. Cinta pertama yang menghancurkanku, bukan, tapi kau yang telah menghancurkanku atas nama cinta, dan aku membiarkannya.
Sekarang apa yang harus kulakukan, ketika tujuh gadis nyaris bersamaan menuntut pertanggungjawabanmu. Tidak mungkin kau bisa nikahi semuanya, karena poligami saja batasnya empat. Dan yang aku tahu, ini bukanlah solusi, dosa tetaplah dosa, meski banyak yang menyesatkan dengan mengatakan ini adalah dosa terindah.
Ah, apa yang harus kulakukan. Kemana ku harus mengadu selain pada Tuhan. Terlalu jauh aku melangkah menjauhi-Nya, dan aku tidak ingin semakin jauhdan jauh lagi. Semoga Allah ampuni dosa-dosaku, semoga tidak ada lagi gadis yang salah langkah sepertiku. Semoga mereka lebih waspada dan tidak terbuai dengan kata cinta. Karena sejatinya cinta itu menguatkan, memuliakan, bukan malah menghancurkan, mencampakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar