Memang aku
gadis yang lemah, terbuai cinta semu belaka lantas kupasrahkan
semuanya. Tak kupungkiri kau pandai merayu dan membuai calon korbanmu,
berdalih pembuktian cinta, kau teguk kesucian kami hingga tiada lagi.
Bodohnya, kebanyakan dari kami tak pernah waspada dan terlalu percaya
akan bualan cinta.
Tidak, aku
tidak menyalahkan cinta, yang aku sesalkan adalah kebodohanku dalam
mengartikan cinta. Cinta itu fitrah, dan cinta terhadap lawan jenis kan
terjaga kesuciannya kala dibingkai dengan pernikahan. Sementara cinta
yang kita lakukan, adalah penjelmaan pemujaan akan rasa yang terpoles
rapih nafsu belaka. Cinta pertama yang menghancurkanku, bukan, tapi kau yang telah menghancurkanku atas nama cinta, dan aku membiarkannya.
Sekarang
apa yang harus kulakukan, ketika tujuh gadis nyaris bersamaan menuntut
pertanggungjawabanmu. Tidak mungkin kau bisa nikahi semuanya, karena
poligami saja batasnya empat. Dan yang aku tahu, ini bukanlah solusi,
dosa tetaplah dosa, meski banyak yang menyesatkan dengan mengatakan ini
adalah dosa terindah.
Ah, apa
yang harus kulakukan. Kemana ku harus mengadu selain pada Tuhan. Terlalu
jauh aku melangkah menjauhi-Nya, dan aku tidak ingin semakin jauhdan
jauh lagi. Semoga Allah ampuni dosa-dosaku, semoga tidak ada lagi gadis
yang salah langkah sepertiku. Semoga mereka lebih waspada dan tidak
terbuai dengan kata cinta. Karena sejatinya cinta itu menguatkan,
memuliakan, bukan malah menghancurkan, mencampakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar